JAKARTA - Kanker hati menjadi salah satu penyakit yang sering terabaikan karena gejala awalnya tidak jelas.
Dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi onkologi medik, Jeffry Beta Tenggara, menekankan bahwa rendahnya kesadaran masyarakat terhadap deteksi dini menjadi tantangan terbesar.
Selain itu, tingginya angka infeksi Hepatitis B dan C yang belum terdiagnosis membuat banyak pasien baru menyadari kondisi mereka saat penyakit sudah mencapai tahap lanjut.
Data global menunjukkan kanker hati termasuk kanker paling mematikan di dunia, menekankan pentingnya vaksinasi Hepatitis B dan pemeriksaan fungsi hati secara rutin.
Jenis Kanker Hati dan Faktor Risikonya
Kanker hati terbagi menjadi kanker hati primer dan sekunder, dengan karsinoma sel hati (HCC) menjadi yang paling umum. HCC mencakup sekitar 85–90 persen dari seluruh kasus kanker hati primer, sering kali tanpa gejala sehingga diagnosis dini sulit dilakukan.
Faktor risiko utama seperti infeksi kronis Hepatitis B dan C, sirosis hati, serta perlemakan hati masih banyak ditemui di masyarakat, sehingga pencegahan dan deteksi rutin menjadi krusial.
Fungsi hati yang terganggu dapat menimbulkan dampak luas, mulai dari penurunan daya tahan tubuh hingga gangguan metabolik yang mengancam nyawa.
Stadium Kanker Hati dan Pilihan Terapi
HCC diklasifikasikan menjadi tiga stadium utama: awal, menengah, dan yang tidak dapat dioperasi. Pada stadium awal, pasien sering tidak merasakan gejala, namun kelangsungan hidup lima tahun bisa lebih dari 93 persen dengan tindakan operasi atau transplantasi hati.
Stadium menengah biasanya sudah menyebar namun masih dapat dikendalikan dengan embolisasi, ablasi, atau radioterapi. Untuk stadium yang tidak dapat dioperasi, terapi sistemik menjadi satu-satunya pilihan, termasuk kombinasi imunoterapi yang kini menjadi standar baru bagi pasien uHCC.
Hanya sekitar 20–30 persen pasien memenuhi syarat untuk operasi, sehingga imunoterapi memberikan harapan baru bagi pasien yang kondisinya tidak memungkinkan tindakan bedah.
Terobosan Imunoterapi dan Harapan Pasien
Kemajuan ilmu pengetahuan membuka peluang terapi lebih efektif untuk pasien uHCC melalui kombinasi imunoterapi dan terapi target.
Studi global menunjukkan peningkatan angka kelangsungan hidup pasien dengan pendekatan kombinasi imunoterapi, termasuk pasien yang bertahan hingga lima tahun pasca pengobatan.
Panduan klinis internasional kini merekomendasikan pendekatan multidisipliner dan penggunaan imunoterapi sebagai terapi lini pertama bagi pasien HCC stadium lanjut.
Dengan kesadaran deteksi dini, vaksinasi Hepatitis B, pemeriksaan fungsi hati rutin, dan pemilihan terapi yang tepat, angka kematian akibat kanker hati dapat ditekan, serta memberikan peluang pasien untuk hidup lebih lama.