JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGE) terus memperkuat kiprahnya dalam pengembangan energi bersih nasional.
Perusahaan menargetkan kapasitas pembangkit listrik panas bumi yang dikelola secara mandiri dapat mencapai 1,8 gigawatt (GW) pada 2033. Langkah ini menjadi bagian dari komitmen PGE dalam mendukung ketahanan energi nasional sekaligus mempercepat transisi menuju sumber energi ramah lingkungan.
Pencapaian penting telah diraih pada pertengahan tahun ini dengan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 berkapasitas 55 megawatt (MW). Penambahan tersebut membuat total kapasitas terpasang PGE kini mencapai 727 MW, yang dikelola dari enam wilayah operasi di seluruh Indonesia.
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Julfi Hadi, menyampaikan bahwa pihaknya berkomitmen untuk mencapai kapasitas 1 GW dalam 2–3 tahun ke depan sebagai tonggak penting menuju kemandirian energi nasional.
“Oleh karena itu, kami terus menatap ke depan untuk mewujudkan target 1,8 GW pada 2033 dan mengembangkan potensi panas bumi hingga 3 GW,” ujarnya.
Julfi menegaskan bahwa pengembangan kapasitas ini tidak hanya berfokus pada pertumbuhan bisnis, tetapi juga bertujuan menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat.
Pemanfaatan energi panas bumi diharapkan menjadi pilar penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan, sejalan dengan target pengurangan emisi karbon nasional.
Proyek Strategis Dorong Pertumbuhan Energi Bersih
Dalam waktu dekat, PGE tengah menggarap beberapa proyek besar yang menjadi kunci percepatan target tersebut. Di antaranya adalah proyek Hululais Unit 1 dan 2 dengan total kapasitas 110 MW, serta proyek-proyek co-generation yang menambah kapasitas hingga 230 MW.
Selain itu, kegiatan eksplorasi di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Tiga juga menjadi fokus utama setelah diresmikan oleh Presiden Prabowo pada Juni lalu.
Langkah agresif PGE dalam memperluas kapasitas pembangkit menjadi bukti keseriusan perusahaan terhadap transformasi energi bersih di Indonesia. PGE menempatkan proyek-proyek tersebut sebagai fondasi penting menuju terciptanya swasembada energi berbasis panas bumi.
Direktur Keuangan PGE, Yurizki Rio, menambahkan bahwa beroperasinya PLTP Lumut Balai Unit 2 pada pertengahan tahun ini turut memperkuat kinerja perusahaan. Dampaknya terlihat jelas pada pertumbuhan pendapatan perseroan sebesar 4,19% year on year (YoY), menjadi US$318,86 juta sepanjang kuartal III/2025.
“Pencapaian ini menjadi bukti nyata kemampuan Perseroan dalam memperkuat kinerja operasional sekaligus mempertahankan pertumbuhan yang berkelanjutan,” ungkapnya.
Realisasi pendapatan tersebut bahkan melampaui target sebelumnya yang ditetapkan sebesar US$314,30 juta. PGE berhasil menunjukkan kemampuan adaptasi terhadap tantangan industri, sekaligus menjaga efisiensi operasional meski menghadapi fluktuasi ekonomi global.
Tantangan Efisiensi dan Tekanan Beban Operasional
Meski mencatat pertumbuhan pendapatan yang positif, PGE masih dihadapkan pada tantangan efisiensi. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2025, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk tercatat sebesar US$104,27 juta atau Rp1,73 triliun, menurun 22,17% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan laba bersih tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya beban pokok pendapatan dan beban langsung lainnya sebesar 16,83% YoY, mencapai US$140,21 juta.
Kondisi ini menyebabkan laba bruto PGE turun 3,95% menjadi US$178,64 juta. Selain itu, beban umum dan administrasi juga meningkat dari US$15,02 juta menjadi US$21,16 juta.
Meski demikian, manajemen tetap optimistis. Strategi pengendalian biaya, efisiensi produksi, serta optimalisasi aset menjadi fokus untuk memperbaiki margin keuntungan di masa mendatang.
Julfi Hadi menegaskan, investasi yang digelontorkan saat ini merupakan langkah strategis jangka panjang demi memastikan keberlanjutan energi panas bumi di Indonesia.
Proyeksi Pertumbuhan Jangka Panjang
Riset dari Maybank Sekuritas menunjukkan bahwa ekspansi besar-besaran yang dilakukan PGE akan memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan kapasitas pembangkit dalam jangka menengah.
Analis Maybank, Etta Rusdiana Putra dan Hasan Barakwan, memproyeksikan pertumbuhan kapasitas pembangkit PGE mencapai compound annual growth rate (CAGR) sebesar 7,7% pada periode 2024–2028, hingga mencapai 847 MW di tahun 2028.
Peningkatan kapasitas tersebut menjadi pendorong utama pertumbuhan pendapatan PGE. Proyeksi pendapatan diperkirakan naik 7% CAGR pada periode yang sama, mencapai US$533 juta pada 2028. Sementara itu, margin EBITDA diperkirakan stabil di kisaran 82–83%, dan margin laba bersih berada di level 35–38% antara 2025 hingga 2027.
Dengan tren tersebut, pendapatan PGE sepanjang 2025 diperkirakan mencapai US$426 juta, naik dari US$407 juta pada 2024. Adapun laba bersih tahun ini diproyeksi mencapai US$150 juta, sedikit menurun dari US$160 juta pada tahun sebelumnya. Kinerja tersebut mencerminkan fase investasi intensif yang tengah dijalani perusahaan.
Meski laba bersih mengalami penyesuaian sementara, strategi pengembangan kapasitas panas bumi yang dilakukan PGE dinilai akan membawa manfaat besar di masa depan, baik bagi ketahanan energi nasional maupun kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah operasi.