Harga Minyak Dunia Naik, Penurunan Cadangan AS Dorong Sentimen Positif Pasar Global

Kamis, 30 Oktober 2025 | 09:00:46 WIB
Harga Minyak Dunia Naik, Penurunan Cadangan AS Dorong Sentimen Positif Pasar Global

JAKARTA - Harga minyak global kembali menguat setelah Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan penurunan tajam stok minyak di Amerika Serikat. 

Minyak mentah jenis Brent naik 52 sen atau 0,8% menjadi US$64,92 per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 33 sen atau 0,6% menjadi US$60,48 per barel. 

Penurunan ini jauh melebihi ekspektasi analis; persediaan minyak mentah merosot hampir 7 juta barel, di atas perkiraan penurunan 211.000 barel. Selain minyak mentah, stok bensin dan bahan bakar distilat juga turun lebih dalam dari perkiraan.

Analis Price Futures Group, Phil Flynn, menilai bahwa penurunan cadangan tersebut membuat pasar mempertanyakan proyeksi kelebihan pasokan global, terutama di tengah produksi tinggi dari OPEC+ dan rekor produksi minyak AS. Menurutnya, semakin lama kelebihan pasokan tidak muncul, semakin banyak pihak yang meragukan eksistensinya.

Sementara itu, Giovanni Staunovo dari UBS menyebut data EIA menunjukkan permintaan minyak tetap kuat. Penurunan persediaan ini, jika dikombinasikan dengan permintaan yang solid, menjadi sinyal positif bagi pergerakan harga minyak global.

Optimisme Dagang AS–China dan Kesepakatan Korea Selatan

Sentimen positif juga datang dari dunia politik dan ekonomi global. Presiden AS Donald Trump menyatakan optimismenya menjelang pembicaraan dengan Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan puncak yang berlangsung di Korea Selatan. 

Pertemuan ini diharapkan dapat meredakan kekhawatiran terkait perlambatan ekonomi global akibat perang dagang dan tarif impor yang menekan permintaan minyak.

Selain itu, AS dan Korea Selatan menyelesaikan detail akhir kesepakatan dagang yang sebelumnya tertunda. Keberhasilan pembicaraan ini dianggap mendorong stabilitas pasar dan memberikan tekanan positif pada harga komoditas, termasuk minyak mentah.

Meski optimisme muncul, beberapa kekhawatiran tetap membayangi prospek ekonomi global. Federal Reserve memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, namun Ketua Jerome Powell tetap menekankan sikap hati-hati terkait arah kebijakan berikutnya, menunjukkan bahwa ketidakpastian masih membayangi pasar global.

Dampak Sanksi dan Produksi OPEC+

Pergerakan harga minyak pekan lalu juga dipengaruhi keputusan Presiden Trump menjatuhkan sanksi pertama kali pada perusahaan minyak Rusia seperti Lukoil dan Rosneft terkait konflik Ukraina. Kenaikan harga Brent dan WTI mencatat lonjakan mingguan terbesar sejak Juni.

Namun, di sisi lain, pasar mempertanyakan efektivitas sanksi terhadap kelebihan pasokan global. Diskusi mengenai kemungkinan peningkatan produksi OPEC+ menambah tekanan pada harga minyak. 

Sumber internal menyebut OPEC+ berencana menambah produksi secara moderat pada Desember, diperkirakan sekitar 137.000 barel per hari, sehingga potensi kelebihan pasokan tetap menjadi perhatian investor.

Prospek Harga dan Strategi Pasar

Gabungan faktor penurunan cadangan AS, optimisme pembicaraan dagang, serta kebijakan produksi OPEC+ membentuk dinamika harga minyak yang kompleks. Analis menekankan pentingnya melihat data permintaan dan persediaan secara berkala, karena penurunan cadangan saja tidak selalu mencerminkan tren jangka panjang.

Pasar minyak juga dipengaruhi sentimen geopolitik dan langkah kebijakan moneter global. Meskipun ada tanda-tanda pemulihan ekonomi dari sisi perdagangan, investor tetap berhati-hati terhadap kemungkinan fluktuasi harga akibat keputusan kebijakan, potensi konflik geopolitik, dan pengaruh sanksi internasional.

Secara keseluruhan, kombinasi faktor fundamental dan geopolitik ini menciptakan peluang dan tantangan bagi pelaku pasar. Penurunan cadangan AS menjadi katalis positif jangka pendek, sementara ketidakpastian kebijakan dan rencana produksi OPEC+ tetap menjadi faktor penting dalam menentukan arah harga minyak global ke depan.

Terkini