Pertumbuhan Industri Tekstil Terjaga Meski IKI Menurun, Investasi dan Produksi Masih Positif

Jumat, 31 Oktober 2025 | 11:30:26 WIB
Pertumbuhan Industri Tekstil Terjaga Meski IKI Menurun, Investasi dan Produksi Masih Positif

JAKARTA - Industri tekstil Indonesia mencatat penurunan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Oktober 2025. Hal ini menunjukkan kontraksi pada sektor yang sebelumnya menunjukkan tren ekspansi. 

Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin, Rizky Aditya Wijaya, menekankan bahwa kondisi ini bukan tanda perlambatan struktural. Menurutnya, penurunan IKI merupakan penyesuaian normal terhadap dinamika global dan faktor musiman yang memengaruhi permintaan. 

Ia menambahkan bahwa pesanan baru menurun akibat penyesuaian stok di pasar ekspor, khususnya Amerika dan Eropa. "Kami memandang kondisi ini tidak menunjukkan perlambatan struktural, melainkan penyesuaian normal seiring dengan perubahan dinamika perdagangan global," ujarnya.

Beberapa komponen industri tetap menunjukkan ekspansi, seperti produksi dan persediaan, yang menunjukkan aktivitas industri berjalan lancar. Produk tekstil tetap terserap oleh pasar, menandakan bahwa kontraksi IKI tidak memengaruhi kinerja secara keseluruhan. 

Rizky menekankan bahwa faktor musiman dan tren fesyen yang berubah turut memengaruhi permintaan sementara. Penurunan pesanan baru juga disebabkan oleh pergantian mode dan penyesuaian stok di negara tujuan ekspor, sehingga dampaknya bersifat sementara dan tidak merata pada seluruh sektor.

Impor Meningkat Sebagai Bahan Baku Garmen

Rizky menegaskan bahwa peningkatan impor di sektor tekstil bukanlah banjir impor, melainkan kebutuhan bahan baku bagi industri garmen yang sedang ekspansi. 

"Kalau kita bicara soal peningkatan impor, ya kami tidak menampik bahwa terjadi peningkatan impor di sektor tekstil. Namun, sekali lagi kita lihat dari karakteristik tekstil tersebut sebagai bahan baku dari produksi garmen," ujarnya. 

Peningkatan ekspor garmen juga memicu permintaan bahan baku lebih tinggi, sehingga impor turut meningkat.

Selain itu, fluktuasi biaya bahan baku dan perubahan kurs turut memengaruhi IKI, karena berdampak pada harga produksi. Namun, Rizky menekankan bahwa volume impor tetap tidak signifikan dibandingkan dengan peningkatan ekspor. 

Produsen tekstil Indonesia berhasil menyesuaikan kapasitas produksinya untuk pasar domestik. Hal ini menandakan adaptasi industri yang baik, meskipun ada kontraksi pada indeks kepercayaan industri.

Penyesuaian Global dan Efisiensi Rantai Pasok

Kontraksi IKI di Indonesia juga terjadi di negara produsen tekstil besar lainnya, seperti Tiongkok, India, dan Vietnam. Rizky menjelaskan bahwa produsen di negara-negara tersebut menyeimbangkan siklus pengiriman dan mengoptimalkan efisiensi rantai pasok global. 

Retailer internasional menerapkan sistem pembelian jangka pendek untuk menghindari overstock menjelang musim produksi berikutnya. "Jadi dalam hal konteks global retailer internasional ini, kita menyesuaikan pola pembelian melalui sistem short term buying. Untuk menghindari overstock menjelang musim produksi 2026," ujarnya.

Penyesuaian ini menunjukkan bahwa perlambatan bersifat sementara dan terjadi di seluruh pasar global. Produsen tekstil Indonesia mampu menyesuaikan diri dengan kondisi internasional sekaligus menjaga produksi untuk pasar domestik. 

Kinerja ekspor tetap meningkat meski ada penyesuaian musiman, menandakan daya tahan industri. Tren ini menegaskan bahwa sektor tekstil tetap kompetitif dan adaptif terhadap perubahan pasar global.

Investasi Tetap Meningkat dan Optimisme Industri

Kepercayaan terhadap sektor tekstil tetap tinggi meskipun IKI sedikit mengalami kontraksi. Data menunjukkan kenaikan investasi dalam negeri (PMDN) sebesar 18,6 persen hingga triwulan ketiga 2025. 

Rizky menekankan bahwa kenaikan investasi mencerminkan keyakinan pelaku industri terhadap prospek jangka panjang sektor tekstil. "Data hingga triwulan ketiga tahun 2025 ini menunjukkan kenaikkan investasi dalam negeri atau PMDN sebesar 18,6%," pungkasnya.

Kenaikan investasi sejalan dengan strategi produsen untuk mengoptimalkan kapasitas produksi bagi pasar domestik dan ekspor. Penyesuaian terhadap tren fesyen, dinamika global, dan faktor musiman membuat industri tekstil tetap adaptif. 

Dengan kondisi ini, meski IKI mengalami sedikit kontraksi, aktivitas industri berjalan stabil. Prospek pertumbuhan jangka panjang tetap positif, memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global dan mendukung ekspansi garmen nasional.

Terkini