Prabowo Subianto

Prabowo Subianto Dorong Indonesia Jadi Kekuatan Baru dalam Tatanan Ekonomi Dunia

Prabowo Subianto Dorong Indonesia Jadi Kekuatan Baru dalam Tatanan Ekonomi Dunia
Prabowo Subianto Dorong Indonesia Jadi Kekuatan Baru dalam Tatanan Ekonomi Dunia

JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto menunjukkan langkah strategis dalam memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional dengan menerima kunjungan dua kepala negara penting, yakni dari Afrika Selatan dan Brasil. 

Kedua negara tersebut merupakan anggota BRICS, kelompok kerja sama ekonomi yang berpengaruh dalam tatanan global. Pertemuan beruntun ini tidak sekadar kunjungan kehormatan, tetapi menjadi simbol pergeseran haluan diplomasi ekonomi Indonesia menuju arah yang lebih seimbang dan independen.

Langkah ini mencerminkan keberanian pemerintah dalam menegaskan prinsip politik luar negeri bebas aktif yang kini diterjemahkan ke dalam konteks ekonomi multipolar.

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M Rizal Taufikurahman, menilai strategi Prabowo tersebut bukan hanya bentuk pendekatan diplomatik semata. 

Ia menyebutnya sebagai sinyal kuat bahwa Indonesia siap mengambil peran lebih besar dalam arsitektur ekonomi global yang tidak lagi didominasi satu kekuatan. “Ini bukan sekadar gestur diplomatik, melainkan juga sinyal bahwa Indonesia hendak menegaskan perannya dalam arsitektur ekonomi multipolar,” ujarnya. 

Menurut Rizal, langkah ini sejalan dengan kebutuhan Indonesia untuk memperluas pasar ekspor, memperkuat kemitraan investasi, dan mencari keseimbangan baru dalam hubungan internasional, terutama ketika dinamika global tengah mengalami perubahan signifikan.

Penguatan Hubungan dengan Negara Anggota BRICS

Pertemuan dengan kepala negara Afrika Selatan dan Brasil menandai keseriusan Indonesia dalam menjajaki peluang kolaborasi dengan blok ekonomi BRICS. Meski Indonesia belum menjadi anggota resmi, pendekatan ini dinilai dapat membuka pintu kerja sama strategis di bidang perdagangan, energi, dan teknologi. 

BRICS yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, dikenal memiliki pengaruh besar dalam mendorong tatanan ekonomi dunia yang lebih beragam dan tidak terpusat pada negara-negara Barat.

Melalui pertemuan tersebut, Indonesia menunjukkan kesiapan untuk memperkuat hubungan ekonomi Selatan-Selatan (South-South Cooperation). Prabowo diyakini melihat peluang besar dari kerja sama lintas kawasan ini, terutama dalam hal pembangunan berkelanjutan dan pertukaran teknologi. 

Potensi kerja sama tersebut tidak hanya akan memperluas jaringan ekonomi Indonesia, tetapi juga memperkuat daya tawar di tengah kompetisi global.

Bagi Indonesia, kemitraan dengan negara-negara BRICS juga membuka peluang untuk memperkuat posisi sebagai jembatan antara Asia dan Amerika Latin serta Afrika.

Dalam konteks geopolitik, langkah ini memperlihatkan bahwa Indonesia berupaya memainkan peran sebagai kekuatan regional yang berpengaruh di antara negara-negara berkembang, tanpa harus berpihak pada blok tertentu.

Tantangan dan Peluang dalam Arsitektur Global Baru

Meski pergeseran orientasi ini dinilai positif, tantangan tetap ada. Dunia tengah menghadapi ketegangan geopolitik yang meningkat, terutama akibat persaingan ekonomi antara Amerika Serikat dan China.

Dalam konteks ini, langkah Indonesia harus dijalankan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan ketegangan dengan mitra tradisional seperti AS dan negara-negara Eropa. Namun, penguatan hubungan dengan BRICS justru dapat menjadi strategi untuk menciptakan posisi tawar yang lebih seimbang bagi Indonesia.

Rizal menilai bahwa Indonesia perlu menjaga prinsip kehati-hatian dalam setiap kebijakan luar negeri ekonominya. Ia menekankan pentingnya sinergi antara diplomasi politik dan strategi ekonomi nasional.

“Yang terpenting adalah bagaimana Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat daya saing ekonomi tanpa kehilangan independensi kebijakan,” katanya. Pergeseran poros ekonomi dunia yang kini mulai melibatkan banyak kekuatan baru menuntut adaptasi dari setiap negara.

Indonesia, dengan potensi sumber daya alam dan posisi strategisnya di kawasan Indo-Pasifik, memiliki kesempatan besar untuk menjadi bagian dari pusat pertumbuhan global baru tersebut. Namun, dibutuhkan strategi yang matang agar potensi tersebut dapat diwujudkan secara berkelanjutan.

Visi Prabowo Menuju Ekonomi Berdaulat dan Berimbang

Langkah diplomatik Presiden Prabowo Subianto dalam membangun kemitraan dengan negara-negara BRICS menjadi bagian dari visi jangka panjang untuk menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi yang berdaulat dan mandiri. 

Pendekatan ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya berperan sebagai penonton dalam dinamika global, tetapi juga sebagai pemain aktif yang memiliki agenda dan kepentingan nasional yang jelas.

Dengan menjalin hubungan lebih erat dengan negara-negara berkembang lainnya, Indonesia dapat memperluas akses terhadap teknologi, pasar ekspor, serta sumber investasi baru. Strategi ini juga dapat menjadi langkah untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional agar tidak terlalu bergantung pada satu poros ekonomi tertentu.

Dalam konteks global yang tengah bergerak menuju multipolaritas, arah kebijakan Prabowo ini menunjukkan upaya membangun keseimbangan baru dalam hubungan internasional. Melalui diplomasi ekonomi yang inklusif, Indonesia dapat memainkan peran strategis sebagai penghubung antara berbagai kekuatan dunia.

Langkah-langkah tersebut memperlihatkan bahwa Indonesia siap memasuki babak baru dalam perjalanan politik luar negeri, di mana kemandirian dan keberanian dalam mengambil posisi menjadi kunci utama. 

Dengan strategi yang terukur dan visi jangka panjang, Indonesia berpeluang menjadi salah satu pusat kekuatan ekonomi yang disegani di dunia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index