TEKNOLOGI

HP Android Pakai Android 13 Ancaman Keamanan Mengintai Pengguna

HP Android Pakai Android 13 Ancaman Keamanan Mengintai Pengguna
HP Android Pakai Android 13 Ancaman Keamanan Mengintai Pengguna

JAKARTA - Di tengah pesatnya perkembangan teknologi ponsel pintar, masih banyak pengguna yang tanpa sadar berada dalam risiko besar.

 Sistem operasi Android yang tidak lagi mendapat dukungan pembaruan kini menjadi celah serius yang dimanfaatkan pelaku kejahatan siber.

Bagi sebagian orang, ponsel yang masih berfungsi normal dianggap aman untuk terus digunakan. Padahal, di balik layar, ancaman keamanan mengintai perangkat yang tertinggal versi sistem operasinya.

Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah pengguna Android dengan sistem operasi usang tidak sedikit. Kondisi ini membuat potensi kebocoran data pribadi hingga pembobolan aplikasi keuangan semakin nyata dan meluas.

Android Usang Jadi Sasaran Empuk Peretas

Sistem operasi Android kembali menjadi sorotan setelah data terbaru mengungkap besarnya jumlah pengguna yang masih menjalankan versi lama. 

Berdasarkan laporan StatCounter, lebih dari 30 persen pengguna Android di seluruh dunia masih menggunakan Android 13 atau versi yang lebih lama.

Android 13 sendiri pertama kali dirilis pada 2022. Artinya, perangkat yang masih menggunakan sistem ini kini telah kehilangan dukungan pembaruan keamanan dari Google.

Menurut laporan yang dikutip dari Phone Arena, kondisi tersebut membuat sekitar satu miliar pengguna Android berada dalam situasi rawan. Perangkat mereka tidak lagi menerima tambalan keamanan resmi yang berfungsi menutup celah-celah berbahaya.

Tanpa pembaruan rutin, ponsel menjadi lebih rentan disusupi malware, spyware, maupun metode peretasan lainnya yang terus berkembang seiring waktu.

Temuan Keamanan Ungkap Risiko Global

Risiko ini semakin diperkuat oleh temuan perusahaan keamanan siber Zimperium. Dalam laporannya, Zimperium mencatat bahwa pada waktu-waktu tertentu dalam setahun, lebih dari 50 persen perangkat seluler global menjalankan sistem operasi yang sudah usang.

Lebih mengkhawatirkan lagi, sebagian dari perangkat tersebut diketahui telah terkompromi atau terinfeksi malware. Ini menunjukkan bahwa ancaman bukan sekadar potensi, melainkan sudah terjadi di dunia nyata.

Situasi tersebut juga diperparah oleh pembaruan keamanan Android terbaru pada Desember lalu. Dalam pembaruan itu, Google menambal sedikitnya 107 celah keamanan yang berpotensi dimanfaatkan peretas.

Pengguna ponsel lama yang tidak lagi menerima pembaruan otomatis praktis tidak mendapat perlindungan dari ratusan celah tersebut, sehingga risiko pencurian data semakin tinggi.

Fragmentasi Android Perlebar Celah Keamanan

Kondisi keamanan Android ini sangat kontras jika dibandingkan dengan ekosistem Apple. StatCounter mencatat sekitar 90 persen iPhone aktif di seluruh dunia masih mendapatkan dukungan pembaruan perangkat lunak dari Apple.

Artinya, hanya sekitar 10 persen perangkat iPhone yang telah kehilangan dukungan resmi. Perbedaan mencolok ini tak lepas dari model pengembangan sistem operasi yang diterapkan masing-masing perusahaan.

Android mengalami fragmentasi besar karena digunakan oleh ratusan produsen dengan beragam jenis prosesor dan antarmuka. Hal ini membuat proses distribusi pembaruan menjadi lambat dan tidak merata.

Sebaliknya, Apple sebagai satu-satunya pengembang iOS dapat meluncurkan pembaruan secara serentak ke seluruh perangkat yang masih didukung, sehingga tingkat keamanannya lebih terjaga.

Data Pribadi dan Keuangan Terancam

Security Boulevard menilai fragmentasi Android menciptakan pola berbahaya dalam jangka panjang. Celah keamanan sering kali sudah diketahui dan terdokumentasi, namun tetap bisa dieksploitasi karena pembaruan belum menjangkau seluruh perangkat.

Para pelaku kejahatan siber secara aktif membidik ponsel dengan sistem operasi lama. Target utama mereka adalah data pribadi pengguna, termasuk informasi sensitif seperti kredensial aplikasi keuangan dan perbankan digital.

James Maude dari BeyondTrust bahkan memperingatkan bahwa eksploitasi terhadap sistem operasi usang berpotensi menjadi “senjata wajib” bagi berbagai kelompok peretas.

Peringatan ini menunjukkan bahwa ancaman tidak hanya datang dari peretas individu, tetapi juga dari kelompok terorganisir yang memanfaatkan kelemahan sistem secara sistematis.

Tanpa kesadaran untuk memperbarui perangkat atau beralih ke ponsel yang masih mendapat dukungan, pengguna Android berisiko menjadi korban berikutnya dalam gelombang serangan siber global yang terus meningkat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index